Orang yang mendengki orang lain harus berusaha sekuat tenaga untuk melawan kedengkiannya. Agar dia berjaya dalam usahanya itu, maka dia harus menjalankan beberapa perbuatan berikut:
- Selalu memohon perlindungan kepada Allah SWT dari gangguan syaitan sehingga dia berjaya mengalahkan bisikan syaitan dan bersungguh-sungguh untuk memeranginya.
Berjihad melawan syaitan itu terbahagi kepada dua tahap, iaitu:
Pertama: Jihad untuk menepis apa sahaja yang biasa menimpa seseorang berupa syubhat, keraguan dan kekeruhan dalam iman.
Kedua: Jihad menolak apa yang ditimpakan terhadap dia berupa keinginan untuk melakukan kerosakan dan syahwat.
Jihad yang pertama akan memunculkan keyakinan sesudahnya, sedangkan jihad yang kedua akan menghasilkan sabar sesudahnya.
Allah SWT berfirman: “Dan Kami menjadikan di antara mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami tatkala mereka bersabar dan mereka yakin kepada ayat-ayat Kami.” (As-Sajdah: 24)
Kepimpinan dalam Islam itu hanya dapat diraih dengan kesabaran dan keyakinan. Kesabaran itu menepis syahwat dan keinginan buruk, sedang keyakinan itu menepis keraguan dan kesamaran (syubhat). - Manakala dia melihat sesuatu atau seseorang yang mempesona, dia hendaklah mendoakannya agar mendapat berkat, berdasarkan sabda Rasulullah SAW: “Mengapakah kamu tidak berdoa untuknya agar mendapat berkat?”
- Berusaha gigih dan mengerjakan berbagai amal soleh yang mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.
- Bersabar menerima ketetapan Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Al-Qamar: 49)
- Mengubah karakter dan perbuatan yang buruk menjadi orang yang berakhlak baik serta meneladani akhlak Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman: “Sungguh pada Rasulullah itu ada contoh tauladan yang baik untuk kamu.” (Al-Ahzab: 21)
- Bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu yang memerintahkan kepada seseorang untuk melakukan keburukan.
- Meneliti sebab-sebab yang memunculkan dengki dan menjauhinya sejauh-jauhnya.
Petikan daripada buku “Ensiklopedia Rawatan Islam” Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Prof. Sya’ban Ahmad Solih